Sabtu, 13 April 2013

sebagi renungan hakikat sebuah ilmu


Seorang bhiksu muda bertanya kepada gurunya.
“Guru mengapa aku selalu tidak berhasil memahami hakikat ilmu yang guru telah berikan kepadaku ?”
Gurunya menjawab : “Karena engkau kurang berusaha.”
Murid : “Tapi aku sudah belajar setiap hari, guru.”
Lalu guru itu mengajak muridnya ke tepi sungai di sekitar biara. Dan mereka berjalan-jalan membicarakan tentang kesungguh-sungguhan. Tiba-tiba sang guru mengajak murid itu untuk berhenti sejenak mencuci muka di sungai yang jernih itu. Ketika sang murid sedang menjongkok mencuci muka, sang guru tiba-tiba memegang kepala muridnya, dan menekannya ke dalam air. Murid itu terkejut, meronta dan ingin membebaskan diri. Tetapi tangan gurunya begitu kuat menekan. Dia mulai kesulitan bernafas. Murid itu melawan sekuat tenaga untuk membebaskan dirinya, dan akhirnya sang guru melepaskan tekanannya. Dengan nafas lega tapi terengah-engah … murid itu bertanya dengan kebingungan : “apa maksud guru ?”
Guru itu menjawab : “Muridku, selama engkau hanya belajar untuk kewajibanmu, bekerja untuk rutinitasmu, maka engkau tidak akan pernah memahami hakekat sebuah ilmu. Lihat tadi, ketika engkau berada dalam keadaan berjuang untuk seluruh hidupmu. Maka kekuatanmu meningkat, akalmu mencari cara dan engkau berjuang sepenuh hati. Itu yang aku sebut dengan berusaha sungguh-sungguh. Jadi tanyakanlah apakah engkau selama ini belajar dengan sepenuh hatimu atau karena rutinitas ? Apakah selama ini engkau bekerja seperti akan mati atau hanya sekedar menjalankan kewajiban ? Kalau engkau temukan jawabannya, aku tidak perlu lagi mengajari engkau apa-apa”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar